Selasa, 16 Maret 2010

UKM dari Pemalang





Setiap perjalanan dari Purwokerto ke Pemalang atau sebaliknya pasti melewati jalur yang sama, yaitu Purwokerto - Purbalingga - Bobotsari - Belik - Beluk - Moga - Randudongkal - Pemalang.

pemalang-belik-purbalingga.JPG

Nah, disepanjang jalan / jalur tersebut banyak dijumpai kios-kios yang menjual hasil bumi dan hasil kerajinan penduduk. Terutama di daerah Belik dan Beluk Kab. Pemalang), banyak dijumpai penjual nanas, bentuknya khas bulat-kuning/jingga- agak kecil tapi rasanya manis banget. Juga kerajinan sapu, tembikar dan tudung saji / penutup makanan.

Biar nggak penasaran, lihat foto-fotonya aja (klik untuk memeperbesar).

Luar Biasa, Omzet Tempe per Tahun Capai Rp 15 Triliun



Jangan pernah memandang tempe dengan sebelah mata. Pasalnya, makanan yang kebanyakan dibuat oleh industri rumahan ini ternyata memiliki omzet tahunan yang mencengangkan. Sebagai bukti, saban tahun, nilai omzet tempe nasional mencapai Rp 15 triliun.
Jangan Pandang Tempe Sebelah Mata

Jangan Pandang Tempe Sebelah Mata

Omzet sebesar itu sesungguhnya hanya mengandalkan pasar lokal dengan penyebaran di pasar tradisional dan pasar swalayan. Pemasaran tempe dan tahu masih mendominasi pasar tradisional karena tidak tahan lama. Sehingga, dalam pemasarannya, perajin memilih untuk menjualnya secara langsung ke konsumen. Sedangkan di pasar swalayan, agar produk tersebut tahan lama dimasukkan ke lemari pendingin.

“Kami akan terus mencari terobosan agar produk tempe bisa masuk pasar internasional,” ujar Ketua Umum Induk Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Inkopti) Sutaryo, di sela-sela simposium jagung kedelai di Gedung Kadin, Rabu (29/7).

Untuk memperbesar pasar, Inkopti akan membidik beberapa pasar potensial yang memiliki karakter masyarakat sama seperti Indonesia, seperti Malaysia, Brunei, Thailand, Filipina dan lain-lain. Inkopti akan terus mendorong perajinnya untuk memberikan dorongan kepada pelaku perajin tempe dan tahu dalam memproduksi dengan cara yang lebih inovatif dan berkualitas agar bisa bertahan lama. “Kami juga butuh bantuan dari perbankan untuk permodalan bagi perajin,” ujarnya.

Dari catatan Inkopti, saat ini setidaknya ada 115.000 perajin tahu dan tempe di Indonesia. Sekitar 40.000 di antaranya merupakan anggota Inkopti yang terdiri dari berbagai wilayah Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jogjakarta, Jawa Timur, Lampung, Palembang, Sumatera Utara, Kalimantan Timur dan Bali. (kontan)

Bisnis Oleh Oleh




Tiada habis-habisnya cemilan dan makanan khas berbagai daerah di Nusantara jadi ‘tambang’ bisnis. Dari yang tradisional hingga hasil eksperimen baru dan masih banyak peluang yang bisa digali.

Semangat untuk mengali makanan khas tradisional ini, selain dipelopori oleh perusahaan berskala besar, eksposur media televisi terhadap hal ini ikut mendukung. Ambil contoh, pada 29-30 Juni lalu di Jakarta digelar hajatan ‘Festival Jajanan Banggo 2007′. Acara ini menghadirkan sekitar 50 pedagang dengan racikan menu makanan yang istimewa. Di sini pengujung dapat menyicip aneka makanan tradisional Nusantara, bahkan yang nyaris punah.Termasuk makanan khas Betawi seperti Gabus Pucung atau soto tangkar dan sate kuah khas H.Diding(almarhum).

Jakarta merupakan kota ketiga sebagai ajang gelaran Festival Jajanan Banggo 2007. Sebelumnya festival serupa sukses di langsung di Bandung dan Surabaya. Setelah Jakarta, festival akan menyambangi Medan, Sumatra Utara. Saat festival serupa di langsungkan di Bandung, transaksi para pedagang dengan pengunjung mencapai Rp 500 juta, demikian juga ketika berlangsung di Surabaya.

Menurut Heru Prabowo, Senior Brand Manager Kecap Banggo, pihaknya ingin mengajak masyarakat untuk tidak melupakan aneka masakan tradisional. “Sayangnya keberadaan makanan tradisional ini terdesak oleh hadirnya masakan impor. Dalam ajang ini kita dapat memperkenalkan salah satu kekayaan Nusantara terutama makanannya,” ujar Heru Prabowo, dalam jumpa pers dengan sejumlah media di Jakarta 21 Juni lalu, yang juga dihadiri Maria Dwianto, External Communication Manager Unilever.

Kekayaan Nusantara dalam bentuk makanan dapat juga terlihat dari bisnis oleh-oleh di hampir semua kota-kota di Indonesia. Menurut Bondan Winarno, salah satu pengamat kuliner terkemuka di Tanah Air, Indonesia mempunyai budaya yang mendukung dalam hal ini. Yakni kebiasaan membawa ‘buah tangan’ berupa makanan apabila berkunjung di suatu tempat. “Pengalaman saya dalam mengunjungi kota-kota di Indonesia,rata-rata mempunyai oleh-oleh yang khas di daerah itu, “tutur Bondan dan mempunyai potensi bisnis yang sangat besar.

Fakta memang mendukung hal ini.Sejumlah pengusaha terkemuka di Tanah Air telah berkembang dan membesar dari bisnis oleh-oleh. Bahkan bisnis oleh-oleh yang kemudian menjadi Industri bisa mengangkat pamor kota penghasil oleh-oleh tersebut. Contoh klasik, adalah dodol Garut. Salah satu pentolannya adalah H.Elli Rahardja yang merintis pendirian dodol Sarinah. Kini produksi dodol itu sudah mencapai 1 ton dodol per hari. Di Garut sendiri ada sekitar 85 perusahaan penghasil dodol dengan total produksi sekitar 4000 an dodol telah ikut mengharumkan nama Garut. Dodol Picnic, salah satu dodol yang terkemuka di Garut, telah membuat nama kota ini mencorong di dunai sport Tanah Air dengan mensponsori klub balap sepeda.

UKM Budidaya Jamur di desa Randu Gunting



Budidaya Jamur

Salah satu industri yang ada di desa randu gunting, adalah Budidaya Jamur. Pemilik Budidaya Jamur ini adalah Bpk. Joko. Budidaya Jamur ini berdiri sejak tahun 1997 bulan januari. Pada tahun 1994 Bpk. Joko mengikuti pelatihan DIKLAT di Yogyakarta, sejak itulah Bpk. Joko ingin memulai bisnisnya. Jamur yang diBudidayakan ada beberapa jenis, diantaranya adalah : Jamur Kuping, Jamur Tiram, Jamur Linsi.

Jamur Kuping, dipasarkan oleh Bpk. Joko sebesar Rp. 3000,-/Kg. Dengan Total kuota pemasarnnya sebanyak 3 ton/ minggu. Target pemasarnnya, adalah pasar caringin Bandung.

Jamur Tiram, dipasarkan oleh Bpk. Joko di Peterongan, Bulu, wonodri, johari, dan gang baru. Per hari beliau memasarkan 1-3 kwintal. Jamur tiram ini dapat dijadikan sebagai sumber bahan makanan, seperti sate dan oseng-oseng.

Jamur Linsi milik pak Joko dipasarkan dengan harga Rp. 90.000,-/Kg. Jamur Linsi bermanfaat mencegah kanker, dan segala penyakit dalam. Dalam pengelolaan jamur linsi ini terdapat jaringan atau kumpulan yang berada di Jogja, dan Solo Sukoharjo.

Saat ini pak Joko memiliki 38 petani jamur, yang mengembangkan jamur milikinya yang berada di wilayah Ungaran, Karangjati dan Banyu Biru.

Sejarah pendirian usaha

Usaha didirikan atas dasar pengalaman usaha dari bergbagai pelatihan-pelatihan, selain itu usaha budidaya jamur berprospek baik karena belum banyak pesaing usaha di bidang ini.

Operasional perusahaan

Proses produksi jamur membutuhkan bahan baku : serbuk kayu pohon karet, kapas, plastik, katul, dan bibit. Bibit dijual oleh bpk dengan harga Rp. 3000,-.

Proses produksinya masih sangat sederhana : serbuk kayu, kapas, dan bibit dikemas dalam plastik dengan lok kemudian diletakan di tempat yang lembab. Proses sampai hamur siap dipanen kurang lebih 40 hari. Tidak boleh terkena angin, kelembapan diatur sesuai ketentuan.

Sumber Daya Manusia

Usaha ini hanya dilakukan oleh 1 orang karyawan yaitu pemilik usaha.

Pemasaran

Hasil produksi dipasarkan di swalayan dan pasar tradisional terdekat dan pasar Caringin Bandung.

UKM Kerajinan Keramik Lancar Jaya Malang


Perkembangan Usaha Kecil Menengah saat ini patut dan layak untuk kita perbincangkan.Apalagi dengan melihat segala jenis usaha yang ada di bidang ini dapat menjadi potensi yang besar untuk menambah devisa negara kita.Serta membantu negara dalam mengurangi pengangguran.Sebagai contoh UKM di bidang keramik. Bidang ini bila mendapat perhatian lebih dapat menjadi salah satu jenis UKM yang dapat menopang kehidupan masyarakat kecil menengah.

Saat ini secara umum pusat industri kerajinan keramik Indonesia, khususnya jenis cindera mata dan table ware tersebar di enam daerah, yaitu Plered (Jateng), Kasongan (Yogyakarta), Dinoyo (Malang), Singkawang (Kalbar) dan NTB serta Bima (NTT) dengan jumlah perajin 500.000 orang dengan menyerap tenaga kerja 5 juta orang.

Saat ini produk-produk keramik yang banyak beredar di Indonesia sudah dapat menyaingi produk-produk asing. UD Keramik lancar jaya malang kami mampu pula bersaing di pasar nasional untuk menyaingi produk-produk asing.Bila anda berminat anda dapat mengunjungi kami di jalan senggani no 24 a malang

UKM tas kulit di Tanggul angin


Sidoarjo merupakan kota industri yang tak pernah mati, seperti yang ada di Tanggulangin dimana industri Kecil menengah TAS dan koper atau INTAKO (Industri Tas dan Koper)tetap eksis sampai sekarang.

Industri ini pada awalnya dimulai sejak 1939 ketika beberapa perajin memulai pembuatan barang-barang tas dan koper. Dan pada tahun 1976 didirikanlah Koperasi Industri Tas dan Koper (Intako), yang awalnya hanya beranggotakan 27 orang. Modal usaha diperoleh dari simpanan pokok anggota. Dalam perjalanannya, koperasi itu terus berkembang dan jumlah anggotanya sudah mencapai 354 perajin UKM dengan aset sekitar Rp 10 miliar

Industri tas dan koper Tanggulangin sesungguhnya merupakan salah satu ikon wisata Sidoarjo. Produk yang dihasilkan antara lain tas, koper, dompet, ikat pinggang dan sepatu. Produk ini telah memiliki brand dan mutu yang cukup bagus yang sudah diakui oleh konsumen.

Kini usaha ini terancam gulung tikar dengan adanya bencana lumpur lapindo. Sejak terjadi peristiwa semburan lumpur panas dari sumur eksplorasi PT Lapindo Brantas, pengunjung ke Tanggulangin turun drastis. Luapan lumpur telah menutup akses kendaraan dari arah Malang dan Probolinggo. Untuk menuju ke Tanggulangin kini tinggal satu akses, yakni dari Sidoarjo. Belum lagi masuknya produk cina dengan harga murah namun kualitas Buruk. sehingga menyebabkan keterpurukan yang berlipat.

Kini, para perajin mulai berusaha untuk membangun kembali mimpi mereka agar industri ini kembali hidup. Para pengrajin mulai menggelar Tanggulangin Fair, hal ini merupakan usaha yang dilakukan para pengrajin untuk menunjukkan kepada masyaraklat luas bahwa pengrajin industri tas dan kulit Tanggulangin masih eksist dan tetap berproduksi. Selain itu, sebelumnya para pengrajin juga lebih banyak melakukan jemput bola di berbagai kota di Indonesia, dengan melakukan road show untuk mengenalkan kerajinan Tanggulangin, sekaligus memberitahu bahwa kerajinan Tanggulangin tidak tenggelam oleh lumpur lapindo.