Selasa, 16 Maret 2010

Bisnis Oleh Oleh




Tiada habis-habisnya cemilan dan makanan khas berbagai daerah di Nusantara jadi ‘tambang’ bisnis. Dari yang tradisional hingga hasil eksperimen baru dan masih banyak peluang yang bisa digali.

Semangat untuk mengali makanan khas tradisional ini, selain dipelopori oleh perusahaan berskala besar, eksposur media televisi terhadap hal ini ikut mendukung. Ambil contoh, pada 29-30 Juni lalu di Jakarta digelar hajatan ‘Festival Jajanan Banggo 2007′. Acara ini menghadirkan sekitar 50 pedagang dengan racikan menu makanan yang istimewa. Di sini pengujung dapat menyicip aneka makanan tradisional Nusantara, bahkan yang nyaris punah.Termasuk makanan khas Betawi seperti Gabus Pucung atau soto tangkar dan sate kuah khas H.Diding(almarhum).

Jakarta merupakan kota ketiga sebagai ajang gelaran Festival Jajanan Banggo 2007. Sebelumnya festival serupa sukses di langsung di Bandung dan Surabaya. Setelah Jakarta, festival akan menyambangi Medan, Sumatra Utara. Saat festival serupa di langsungkan di Bandung, transaksi para pedagang dengan pengunjung mencapai Rp 500 juta, demikian juga ketika berlangsung di Surabaya.

Menurut Heru Prabowo, Senior Brand Manager Kecap Banggo, pihaknya ingin mengajak masyarakat untuk tidak melupakan aneka masakan tradisional. “Sayangnya keberadaan makanan tradisional ini terdesak oleh hadirnya masakan impor. Dalam ajang ini kita dapat memperkenalkan salah satu kekayaan Nusantara terutama makanannya,” ujar Heru Prabowo, dalam jumpa pers dengan sejumlah media di Jakarta 21 Juni lalu, yang juga dihadiri Maria Dwianto, External Communication Manager Unilever.

Kekayaan Nusantara dalam bentuk makanan dapat juga terlihat dari bisnis oleh-oleh di hampir semua kota-kota di Indonesia. Menurut Bondan Winarno, salah satu pengamat kuliner terkemuka di Tanah Air, Indonesia mempunyai budaya yang mendukung dalam hal ini. Yakni kebiasaan membawa ‘buah tangan’ berupa makanan apabila berkunjung di suatu tempat. “Pengalaman saya dalam mengunjungi kota-kota di Indonesia,rata-rata mempunyai oleh-oleh yang khas di daerah itu, “tutur Bondan dan mempunyai potensi bisnis yang sangat besar.

Fakta memang mendukung hal ini.Sejumlah pengusaha terkemuka di Tanah Air telah berkembang dan membesar dari bisnis oleh-oleh. Bahkan bisnis oleh-oleh yang kemudian menjadi Industri bisa mengangkat pamor kota penghasil oleh-oleh tersebut. Contoh klasik, adalah dodol Garut. Salah satu pentolannya adalah H.Elli Rahardja yang merintis pendirian dodol Sarinah. Kini produksi dodol itu sudah mencapai 1 ton dodol per hari. Di Garut sendiri ada sekitar 85 perusahaan penghasil dodol dengan total produksi sekitar 4000 an dodol telah ikut mengharumkan nama Garut. Dodol Picnic, salah satu dodol yang terkemuka di Garut, telah membuat nama kota ini mencorong di dunai sport Tanah Air dengan mensponsori klub balap sepeda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar